INILAH PERISTIWA PEMBELAHAN DADA NABI MUHAMMAD SAW | SAHABAT PENGETAHUAN
Jumat, 19 Mei 2023
Tulis Komentar
PERISTIWA PEMBELAHAN DADA NABI MUHAMAD SAW
Hai Sahabat Pengetahuan.Pada suatu hari, ketika itu Muhammad mendekati usia empat tahun, tepatnya di saat beliau bersama putra Halimah bermain jauh dari perkemahan. Maka datanglah putra Halimah sambil berlari, sedang pada raut mukanya terlihat tanda-tanda kecemasan. la meminta agar Halimah menyusul saudaranya Muhammad, lalu Halimahpun menanyakan tentang permasalahannya. Kemudian anak ini berkata; "Sungguh saya melihat dua orang laki-laki berpakaian putih, mereka mengambil Muhammad dari kami dan menelentangkannya, lalu mereka membelah dadanya".
Dan anak ini sebelum melanjutkan ceritanya, Halimah berlari menghampiri Muhammad. Dia melihat Muhammad berdiri di tempatnya tanpa bergerak, wajahnya terlihat kekuning-kuningan dan pucat, lalu dengan rasa takut dan cemas Halimah menanyakan tentang apa yang menimpanya.
Lalu Muhammad memberitahukan bahwasanya dia dalam keadaan baik, dan menceritakan bahwa ada dua orang laki-laki berpakaian putih yang mengambilnya, membelah dadanya untuk mengeluarkan hatinya, lalu mengeluarkan segumpal darah hitam darinya, lalu membuangnya. Lalu mencuci hatinya dengan air dingin dan mengembalikannya ke dalam rongga tubuh untuk kemudian mengusap dadanya. Setelah itu mereka meninggalkan tempat dan menghilang.
Halimah berusaha meraba-raba tempat dada yang dibelah, ia tidak melihat bekas sedikitpun, kemudian ia kembali bersama Muhammad ke rumahnya. Menjelang fajar pada hari berikutnya, Halimah membawa Muhammad kepada ibundanya di Mekkah. Aminah merasa heran dengan kembalinya Halimah bukan pada waktunya, padahal ia sangat menyukai anak ini. Lalu ia menanyakan penyebabnya, dan Halimahpun menceritakan tentang peristiwa pembelahan dada Muhammad kepadanya.
Aminah keluar bersama putranya yang yatim itu ke Yatsrib (Madinah) untuk mengunjungi paman-pamannya dari Bani Najjar dan menetap beberapa hari di sana. Dan dalam perjalanan pulangnya, ajalpun menjemputnya, yaitu di tempat yang bernama Abwa Dan di tempat itu pula dia dikebumikan. Muhammad berpisah dengan ibundanya dalam usia 6 (enam) tahun, dan di tangan kakeknya, Abdul Mutthalib, ia mendapatkan gantinya. Lalu Abdul Mutthalib menjaga, mengasuh, dan memberikan kasih sayang kepadanya. Setelah genap usia 8 (delapan) tahun, kakeknya pun meninggal dunia.
Setelah itu, pamannya, Abu Thalib yang mengasuhnya sekalipun ia mempunyai banyak tanggungan (keluarga) dan harta sedikit. Pamannya demikian pula isterinya memperlakukannya seperti salah satu dari anak-anak mereka. Anak yatim ini sangat bergantung kepada pamannya. Dalam kondisi inilah Muhammad mulai membentuk sifat dasarnya (karakternya). Beliau tumbuh atas dasar kejujuran dan amanah, sehingga keduanya menjadi gelar baginya. Maka jika orang-orang mengatakan: "Tolah datang al-Amin" (orang yang dapat dipercaya), maka bisa diketahui bahwa yang dimaksud adalah Muhammad
Suatu ketika, Rasulallah sedang beristirahat diwilayah Busra, Syiria dari perjalanan dagangnya bersama pamannya Abu Thalib ke Syiria. Kemudian Pendeta Bahira dari bani Najran, melihat tanda kenabian pada Nabi Muhammad Pendeta itu berkata kepada Abu Thalib agar menjaga nabi Muhammad dengan baik, karena kelak ia akan menjadi pemimpin umat manusia.
Pendeta Nasrani Buhaira dapat mengetahui karena berita akan datangnya Nabi Muhammad, sang Nabi terakhir tercantum dalam kitab-kitab terdahulu. Seperti injil, taurat, zabur. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur'an Surah Al-Baqarah ayat 146 sebagai berikut :
Artinya : Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendin. Dan sesungguhnya sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui (QS 2:146)
Dan anak ini sebelum melanjutkan ceritanya, Halimah berlari menghampiri Muhammad. Dia melihat Muhammad berdiri di tempatnya tanpa bergerak, wajahnya terlihat kekuning-kuningan dan pucat, lalu dengan rasa takut dan cemas Halimah menanyakan tentang apa yang menimpanya.
Lalu Muhammad memberitahukan bahwasanya dia dalam keadaan baik, dan menceritakan bahwa ada dua orang laki-laki berpakaian putih yang mengambilnya, membelah dadanya untuk mengeluarkan hatinya, lalu mengeluarkan segumpal darah hitam darinya, lalu membuangnya. Lalu mencuci hatinya dengan air dingin dan mengembalikannya ke dalam rongga tubuh untuk kemudian mengusap dadanya. Setelah itu mereka meninggalkan tempat dan menghilang.
Halimah berusaha meraba-raba tempat dada yang dibelah, ia tidak melihat bekas sedikitpun, kemudian ia kembali bersama Muhammad ke rumahnya. Menjelang fajar pada hari berikutnya, Halimah membawa Muhammad kepada ibundanya di Mekkah. Aminah merasa heran dengan kembalinya Halimah bukan pada waktunya, padahal ia sangat menyukai anak ini. Lalu ia menanyakan penyebabnya, dan Halimahpun menceritakan tentang peristiwa pembelahan dada Muhammad kepadanya.
Aminah keluar bersama putranya yang yatim itu ke Yatsrib (Madinah) untuk mengunjungi paman-pamannya dari Bani Najjar dan menetap beberapa hari di sana. Dan dalam perjalanan pulangnya, ajalpun menjemputnya, yaitu di tempat yang bernama Abwa Dan di tempat itu pula dia dikebumikan. Muhammad berpisah dengan ibundanya dalam usia 6 (enam) tahun, dan di tangan kakeknya, Abdul Mutthalib, ia mendapatkan gantinya. Lalu Abdul Mutthalib menjaga, mengasuh, dan memberikan kasih sayang kepadanya. Setelah genap usia 8 (delapan) tahun, kakeknya pun meninggal dunia.
Setelah itu, pamannya, Abu Thalib yang mengasuhnya sekalipun ia mempunyai banyak tanggungan (keluarga) dan harta sedikit. Pamannya demikian pula isterinya memperlakukannya seperti salah satu dari anak-anak mereka. Anak yatim ini sangat bergantung kepada pamannya. Dalam kondisi inilah Muhammad mulai membentuk sifat dasarnya (karakternya). Beliau tumbuh atas dasar kejujuran dan amanah, sehingga keduanya menjadi gelar baginya. Maka jika orang-orang mengatakan: "Tolah datang al-Amin" (orang yang dapat dipercaya), maka bisa diketahui bahwa yang dimaksud adalah Muhammad
Suatu ketika, Rasulallah sedang beristirahat diwilayah Busra, Syiria dari perjalanan dagangnya bersama pamannya Abu Thalib ke Syiria. Kemudian Pendeta Bahira dari bani Najran, melihat tanda kenabian pada Nabi Muhammad Pendeta itu berkata kepada Abu Thalib agar menjaga nabi Muhammad dengan baik, karena kelak ia akan menjadi pemimpin umat manusia.
Pendeta Nasrani Buhaira dapat mengetahui karena berita akan datangnya Nabi Muhammad, sang Nabi terakhir tercantum dalam kitab-kitab terdahulu. Seperti injil, taurat, zabur. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur'an Surah Al-Baqarah ayat 146 sebagai berikut :
الذين انيتهم الكتب يعرفُونَه كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُم وَإِن
فريقا منهُمْ أَيَكْتُمُونَ الحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
فريقا منهُمْ أَيَكْتُمُونَ الحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Artinya : Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendin. Dan sesungguhnya sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui (QS 2:146)
Terimakasih sudah membaca, semoga bermanfaat.
Belum ada Komentar untuk "INILAH PERISTIWA PEMBELAHAN DADA NABI MUHAMMAD SAW | SAHABAT PENGETAHUAN"
Posting Komentar